Setiap manusia
yang hidup di dunia ini selalu dihadapkan dengan pilihan-pilihan .
Gue kira mudah untuk menentukan sebuah pilihan, namun
kenyataannya masih terus menerus berada dalam
kondisi penuh KEBIMBANGAN .
Di dalam menghadapi tantangan – tantangan
hidup , sebagian menganggap sebagai sebuah ujian, sebagian lagi
menganggap sebagai cobaan,dll.
GUE pun terkadang tidak sadar,
bahkan mungkin disengaja untuk terkondisikan tidak sadar dalam
melakukan apapun.gue lebih suka bermain-main di hari esok ketimbang
menikmati makna indahnya hari ini, dalam bentuk apapun.ntahlah,.
Salah gue ya,.
menganggap bahwa hari ini adalah hari dimana gue harus
menentukan setiap langkah dengan tepat untuk hari esok. Maka wajarlah
orang-orang yang seperti ini tidak akan pernah menikmati apa yang
dinamakan hidup. Bagaimana tidak, setiap harinya diisi dengan berpikir
masa depan, dia tidak pernah memiliki hari ini. ya itu gue,.
Mungkin golongan
orang-orang seperti ini telah salah menterjemahkan semboyan yang pernah
dipopulerkan oleh Bung Karno,”Gantungkan cita-citamu setinggi bintang”.
Sudah barang tentu kalau ditinjau dari sudut logika adalah sesuatu yang
sangat tidak mungkin untuk diraih.
Lain lagi dengan
orang-orang yang selalu terjebak dengan masa lalu.
Gue juga kayanya,..
Biasanya orang-orang
golongan ini menggunakan semboyan,”pengalaman adalah guru yang paling
berharga”. Sayangnya, definisi “guru” disalah-artikan sebagai tempat,
sumber, atau referensi utama untuk segala macam problem hidup. Jadilah
orang-orang golongan ini selalu terjebak di masa lalu.
Lantas dimanakah letaknya sebuah pilihan ?
Bercermin dari masa lalu adalah pilihan, mengharap dan menanti masa depan juga sebuah pilihan, bahkan tidak memilihpun adalah sebuah pilihan juga.
Jika kita mau berusaha mengembalikannya
kepada fitrah diri, Insya Allah semua akan terjawab. Apakah memang
semudah itu ? ??
Pertanyaan berikutnya adalah berupa apakah jawabannya ?
Suara, tulisan, bayang-bayang, atau kekuatan lain yang menuntun untuk
memutuskan sesuatu tanpa kita sanggup melawannya ?
pertanyaan
selanjutnya adalah bagaimana cara mengembalikan pada fitrah diri ?
Apakah fitrah diri itu ?, perlukah seorang pakar untuk menjelaskannya
bahkan menuntun kita ke arah sana ?
Maka jika kita lanjutkan
rentetan-rentetan pertanyaan ini sekaligus dugaan-dugaan jawabannya itu
sama artinya kita telah dengan sadar atau tidak sadar menciptakan
ribuan alternatif pilihan yang pada akhirnya menuntun kita untuk
menyatakan, “ternyata sangat susah…ya !!!”.
Kenapa tidak kita per-MUDAH saja seperti :
- Hari ini gue perlu melakukan apa, sejak bangun pagi hingga menjelang waktu tidur.
- Jika ada sesuatu yang mungkin mirip dengan yang kemarin, maka gue perlu belajar dari kejadian yang kemarin.
- Jika ternyata sesuatu hal yang baru, jadikan sebagai proses pembelajaran, maka gue cukup menghadapi dan diterima saja apa adanya, dengan hati lapang pikiran tenang.
- Jika ternyata tidak selesai, karena kurang cukup waktu, energi, atau apapun sumber daya yang diperlukan, barulah memerlukan pemikiran apa yang perlu dikerjakan esok hari.
- Yang menjadi prinsip, hari ini adalah hak gue untuk menikmati hidup, apapun yang dilakukan hari ini secara otomatis menjadi hari esok.
Kemarin hanyalah sekedar menjadi kamus lusuh, yang akan dibuka jika kita perlukan.
Esok hari hanyalah sekedar melanjutkan apa yang belum kita selesaikan hari ini
Hari ini adalah kenikmatan yang diberi Allah yang harus dinikmati dengan penuh rasa syukur.
Niscaya……..tiada kata susah dalam
menentukan pilihan…karena tidak ada sesuatupun yang kita lakukan seolah-
olah berusaha mengganti fungsi Sang Penguasa Jagad membuatkan lukisan
terindah bagi semua makhluk-Nya.
Oh .. betapa indahnya! … bila tidak hanya sebatas kata-kata …
Sayang !, kita ga’ tau kemana arah “pasti pergi …”
Masih tak sanggup kita dengarkan, ……. suara ruh sejati
Langkah kita, mengabdi pada nafsu diri …….
Yang bisa kita pandang, hanyalah kepentingan kita sendiri
Loyang disangka emas, ……. emasnya dibuang-buang
Kita makin buta, mana utara mana selatan
Yang kecil dibesar-besarkan, ……. yang besar diremehkan
Yang penting disepelekan, ……. yang sepele diutamakan
Di saat kebenaran diperjualbelikan dengan bebas di pasar pasar….
Di saat kebohongan disajikan dengan citarasa yang tinggi…….
Allah … Allah … Allah …, betapa bimbang hidup kami …….
Betapa semu perjuangan kami…….
Mohon perbaiki arah hidup kami…
Mohon ayomi kami, ……. yang kecil ini …….
Sesuaikan langkah kami……yang liar ini dengan kehendak MU.